seorang anak lelaki yang kau kenal selama lebih dari 8 tahun dalam hidupmu hingga saat ini tiba,...
dan kau mengenalnya sebagai anak yang cukup berandal di usia remajanya,...
seorang anak laki laki yang hampir tak pernah menganggapmu,..
seorang anak laki laki yang tidak begitu peduli dengan wanita,...
dan disaat kamu patah hati mengetahui orang yang amat kamu cintai ternyata sudah tersegel menjadi milik orang lain,..
dan dia datang sebagai seorang dengan karakter yang berbeda,..
karakter yang membuatmu merasa terlindungi,...
karakter yang membuat kamu merasa tak sendiri,...
dan dia yang selalu mengerti,..
namun aku tak pernah merasa ada petir datang menyambarnya, dia benar benar berubah!!
dan kini aku merasa seperti terkena petir yang membuatku selalu ingin bersamanya,...
petir aneh yang membuatku selalu merasa ia adalah segala galanya,..
dirimu,.. motivasi, harapan, dan TEMAN terbaikku,...
You Make Me Happy Today :)
Everyday!!
#N
Rabu, 30 Oktober 2013
Selasa, 29 Oktober 2013
Tari Piring
Tari Piring Minangkabau ( Sumatera Barat
)
A.
Sejarah Perkembangan Tari Piring
Pada awalnya, Tari Piring ini merupakan ritual
ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan
hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam
bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah
dengan gerakan yang dinamis.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
B.
Penyajian Tari Piring
Bentuk penyajian tari
piring ini dilakukan secara pasangan dengan ragam gerakan yang sifatnya cepat dan dinamis serta diselingi
bunyi piring berdentik yang dibawa oleh para penari. Biasanya tarian ini
berdurasi tujuh menit dan diiringi dengan musik tradisional dan dibawakan
dengan apik, tarian ini banyak menggambarkan kegembiraan, kebersamaan, kesejahteraan,dan
kemakmuran rakyat Minangkabau.
C.
Ragam Gerak Tari Piring
Ragam
gerak
tari Piring ini dilakukan di atas pecahan kaca. Gerakan-gerakan tersebut adalah
sebagai berikut.
a.
Gerak pasambahan
Gerak
yang dibawakan oleh
penari pria bermakna sembah syukur kepada Allah
Swt. serta permintaan maaf kepada penonton yang menyaksikan tari ini agar terhindar dari kejadian-kejadian yang dapat merusak jalannya pertunjukan.
Swt. serta permintaan maaf kepada penonton yang menyaksikan tari ini agar terhindar dari kejadian-kejadian yang dapat merusak jalannya pertunjukan.
b.
Gerak singanjuo lalai
Gerak
ini dilakukan oleh penari wanita yang melambangkan suasana di hari
pagi, dilakukan dengan gerakan-gerakan lembut.
pagi, dilakukan dengan gerakan-gerakan lembut.
c.
Gerak mencangkul
Gerak
ini melambangkan para petani ketika sedang mengolah sawah.
d.
Gerak menyiang
Gerak
ini menggambarkan kegiatan para petani saat membersihkan sampah sampah yang
akan mengganggu tanah yang akan digarap.
e.
Gerak membuang sampah
Gerak
ini menggambarkan tentang bagaimana para petani mengangkat sisa-sisa sampah
untuk dipindahkan ke tempat lain.
f.
Gerak menyemai
Gerak
ini melambangkan bagaimana para petani menyemai benih padi yang
akan ditanam.
akan ditanam.
g.
Gerak memagar
Gerak
ini menggambarkan para petani dalam memberi pagar pada pematang sawah agar
tehindar dari binatang liar.
h.
Gerak mencabut benih
Gerak
ini menggambarkan bagaimana mencabut benih yang sudah ditanam.
i.
Gerak bertanam
Gerak
ini menggambarkan bagaimana para petani memindahkan benih yang telah dicabut.
j.
Gerak melepas lelah
Gerak
ini menggambarkan bagaimana para petani beristirahat melepas lelah
sesudah melaksanakan pekerjaan mengolah sawah.
sesudah melaksanakan pekerjaan mengolah sawah.
k.
Gerak mengantar
juadah
Mengantar
juadah ini berarti mengantar makanan kepada para petani yang
telah mengolah sawah.
telah mengolah sawah.
l.
Gerak menyabit padi
Gerak
ini dibawakan oleh penari pria yang menggambarkan bagaimana para petani di
sawah pada saat menyabit padi.
m.
Gerak mengambil padi
Gerak
ini dibawakan oleh penari wanita saat mengambil padi yang telah dipotong oleh
penari pria.
n.
Gerak manggampo padi
Gerakan
yang dilakukan dalam hal mengumpul padi dan dibawa ke suatu tempat.
o.
Gerak menganginkan
padi
Gerak
ini menggambarkan padi yang telah dikumpulkan untuk dianginkan dan nantinya
akan terpisah antara padi dan ampas padi.
p.
Gerak mengirik padi
Gerak
yang menggambarkan bagaimana para petani mengumpulkan padi dan menjemurnya.
q.
Gerak membawa padi
Gerak
yang dilakukan para petani saat membawa padi untuk dibawa ke tempat lain.
r.
Gerak menumbuk padi
Gerak
yang dilakukan untuk menumbuk padi yang telah dijemur dilakukan oleh pria,
sedangkan wanita mencurahkan padi.
s.
Gotong royong
Gerak
yang dilakukan secara bersama yang melambangkan sifat kegotongroyongan.
t.
Gerak menampih padi
Gerakan
yang menggambarkan gerakan bagaimana para petani menampih padi yang telah
menjadi beras.
u.
Gerak menginjak
pecahan kaca
Penggabungan
dari berbagai gerak dan diakhiri oleh penari menginjak-injak pecahan kaca yang
dilakukan dengan atraktif dan ditambah dengan beberapa gerak-gerak improvisasi
penari.
D.
Iringan
Alat musik yang
digunakan untuk mengiringi Tari Piring, memadai dengan pukulan Rebana dan Gong
sahaja. Pukulan Gong amat penting sekali kerana ia akan menjadi panduan kepada
penari untuk menentukan langkah dan gerak Tari Piringnya. Pada kebiasaannya,
kumpulan Rebana yang mengiringi dan mengarak pasangan pengantin diberi
tanggungjawab untuk mengiringi persembahan Tari Piring. Namun, dalam keadaan
tertentu Tari Piring boleh juga diiringi oleh alat musik lain seperti Talempong
dan Gendang.
Tari Piring diiringi
oleh musik Penayuhan. Contoh lagu pengiringnya yaitu Takhian sai tiusung, Takhi
pikhing khua belas, Seni budaya lappung, Dang sappai haga tekas (jangan sampai
ditinggalkan)
Saluang adalah alat musik
tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat.
Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang
(Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang
paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau
talang yang ditemukan hanyut di sungai. Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi
lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat
lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun
kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lamang (lemang), salah
satu makanan tradisional Minangkabau.
Pemain saluang
legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain
saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik napas
bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal
dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan
yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahan angok
(menyisihkan napas).
Tiap nagari di
Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari
memilhki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang,
Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Ciri khas Singgalang
dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini
dimainkan pada awal lagu. Sedangkan, ciri khas yang paling sedih bunyinya
adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
Dahulu, kabarnya
pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk menghipnotis
penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu
kira-kira : Aku malapehan pituang Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun,
aia mailia tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga bunyi
saluang ambo, kununlah anak sidang manusia...... dan seterusnya
![]() |
Talempong adalah sebuah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan.
Talempong berbentuk lingkaran
dengan dialeter
15 sampai 17,5 sentimeter, pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian
atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai
tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda.
Bunyinya dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
![]() |
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga nada do dan diakhiri dengan si. Talempong diiringi oleh akord yang cara memainkanya serupa dengan memainkan piano.
Rabab adalah alat musik
gesek tradisional khas Minangkabau yang terbuat dari tempurung kelapa. Dengan
rabab ini dapat tersalurkan bakat musik seseorang. Biasanya dalam rabab ini dikisahkan berbagai
cerita nagari
atau dikenal dengan istilah Kaba.
Kesenian Rabab
sebagai salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan
berkembang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau,
tersebar dibeberapa daerah dengan wilayah dan komunitas masyarakat yang
memiliki jenis dan spesifikasi tertentu.
Rabab Darek, Rabab
Piaman dan Rabab Pasisie merupakan salah satu kesenian tradisional yang cukup berkembang
dengan wilayah dan di dukung oleh masyarakat setempat. Rabab Darek tumbuh dan
berkembang di daerah darek Minangkabau meliputi Luhak nan Tigo sedangkan
Rabab Piaman berkembang di daerah pesisir barat Minangkabau, yang meliputi
daerah tepian pantai
(pesisir).
Pesisir
Selatan sebagai wilayah kebudayaan Minangkabau yang menurut
geohistorisnya di klasifikasikan kepada daerah Rantau Pasisia yang cakupan
wilayah tersebut sangat luas dan didaerah inilah berkembangnya kesenian Rabab
Pasisia. Rabab Pasisia ditinjau dari aspek fisik pertunjukanya memiliki spesifikasi
tersendiri dan ciri khas yang bebeda dengan rabab lainya. Terutama dari segi
bentuk alat mirip, dengan biola secara historis berasal dari pengaruh budaya portugis
yang datang ke Indonesia pada abad ke XVI melalui pantai barat Sumatra.
![]() |
Dalam rabab memiliki komposisi tersendiri tergantung kepada lagu yang diinginkan dengan memainkan lagu yang bersifat kaba sebagai materi pokok. Lagu yang lahir tesebut merupajan ide gagasan yang berasal dari komunitas masyarakat yang berbeda namun ada dalam daerah yang sama.
E.
Tema Tari Piring
Tari piring
bertemakan pantomim tentang kegiatan manusia yaitu tani dan panen, karena Tari
Piring merupakan wujud rasa syukur orang – orang Minangkabau kepada Tuhan Yang
Maha Esa, atas melimpahnya hasil panen.
F.
Rias dan Busana Tari Piring
Busana Penari :
Busana yang digunakan
oleh penari tari piring terbagi atas busana untuk penari pria dan penari
wanita.
Busana Penari pria :
- Busana rang mudo/baju gunting China yang berlengan lebar dan dihiasai dengan missia (renda emas).
- Saran galembong, celana berukuran besar yang pada bagian tengahnya (pisak) warnanya sama dengan baju.
- Sisamping dan cawek pinggang, yaitu berupa kain songket yang dililitkan di pinggang dengan panjang sebatas lutut. Adapun cawek pinggang adalah ikat pinggang yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan sesamping yang pada ujungnya diberi hiasan berupa rumbai-rumbai.
- Deta/destar, yaitu penutup kepala yang tebuat dari bahan kain songket berbentuk segitiga yang diikatkan di kepala.
Busana penari wanita :
- Baju kurung yang terbuat dari satin dan beludru.
- Kain songket.
- Selendang songket yang dipasang pada bagian kiri badan.
- Tikuluak tanduak balapak, yaitu penutup kepala khas wanita Minangkabau dari bahan songket yang meyerupai tanduk kerbau.
- Aksesoris berupa kalung rambai dan kalung gadang serta subang/anting.
G.
Keunikan Tari Piring
Tentunya Tari piring
mempunyai keunikan sendiri yang membedakannya dari tarian lainnya. Keunikan
dari tari piring itu sendiri, ialah:
- Kesamaan gerakannya,
- keahliannya memutar piring
- Tari Piring Sumatera Barat biasanya dibawakan dalam 7 menit atau angka-angka ganjil lainnya
- Jumlah penari biasanya juga berjumlah ganjil terdiri dari tiga sampai tujuh orang.
- Pakaian yang digunakan penari haruslah pakaian yang cerah, dengan nuansa warna merah dan kuning khas Minangkabau.
Tari Saman
TARI
SAMAN
A.
Nama
Tarian
Nama tarian ini adalah Tari Saman.
B.
Asal
Tarian
Tarian ini berasal dari Provinsi Naggroe
Aceh Darussalam (NAD).
C.
Sejarah
Tarian ini dinamakan Tari Saman karena
diciptakan oleh seorang Ulama Aceh yang bernama Syekh Saman pada sekitar abad ke-XIV
Masehi dari dataran tinggi Gayo. Pada awalnya, tarian ini hanya berupa
permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan dengan iringan
syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT serta diiringi oleh
kombinasi tepukan-tepukan para penari. Pada saat itu, Tari Saman menjadi salah
satu media dakwah. Namun, lama-kelamaan fungsi Tari Saman menjadi bergeser.
Tarian ini menjadi lebih sering berfungsi sebagai media hiburan pada pesta,
hajatan, dan acara lain.
D.
Bentuk
Penyajian
Pada mulanya, Tari Saman hanya ditampilkan
pada acara tertentu, khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi
Muhammad SAW atau sering disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya,
Tari Saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung).
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, Tari Saman pun ikut berkembang hingga
penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Saat ini, Tari Saman dapat
digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan karena penampilan tari tidak
terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat
ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan,
seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Tari
Saman biasa dilakukan di rumah, di lapangan, dan ada juga yang menggunakan
panggung.
Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu
oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus
bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.
Pada
umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi
jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga
dimainkan oleh kaum perempuan. Pendapat lain mengatakan bahwa tarian ini
ditarikan kurang dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai
pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, perkembangan di era modern menghendaki
bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari
dengan jumlah yang lebih banyak. Gerakan dan nyanyian syair-syair Tari Saman
diatur oleh seorang Syekh.
Dalam
penampilan yang biasa (bukan pertandingan) dimana adanya keterbatasan waktu, Tari
Saman dapat dimainkan oleh 10-12 penari, akan tetapi keutuhan Saman setidaknya
didukung oleh 15 - 17 penari yang mempunyai fungsi sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17
a. Nomor 9 disebut pengangkat
Pengangkat
adalah tokoh utama (sejenis Syekh dalam seudati) titik sentral dalam Tari Saman
yang menentukan gerak tari, level tari, dan syair-syair yang dikumandangkan
maupun syair-syair sebagai balasan terhadap serangan lawan main (Saman Jalu/
pertandingan).
b. Nomor 8 dan 10 disebut pengapit
Pengapit adalah tokoh pembantu pengangkat, baik gerak tari
maupun nyanyian/vokal.
c. Nomor 2-7 dan 11-16 disebut penyepit
Penyepit
adalah penari biasa yang mendukung tari atau gerak tari yang diarahkan oleh pengangkat.
Selain sebagai penari, penyepit juga berperan menyepit (menghimpit) agar
kerapatan antara penari terjaga. Sehingga, penari menyatu tanpa dalam posisi berbanjar/
bershaf (horizontal) untuk keutuhan dan keserempakan gerak.
d. Nomor 1 dan 17 disebut penupang
Penupang
adalah penari yang paling ujung kanan dan kiri dari barisan penari yang duduk
berbanjar. Penupang selain berperan sebagai bagian dari pendukung tari juga
berperan menupang/menahan keutuhan posisi tari agar tetap rapat dan lurus.
Sehingga penupang disebut penamat kerpe jejerun (pemegang rumput jejerun).
Seakan-akan bertahan memperkokoh kedudukan dengan memgang rumput jejerun
(jejerun sejenis rumput yang akarnya kuat dan terhujam dalam, sukar di cabut.
E.
Ragam
Gerak
Tari Saman menggunakan dua unsur gerak yang
menjadi unsur dasar dalam Tari Saman, yaitu tepuk tangan dan tepuk dada.
Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, Syekh Saman mempelajari tarian melayu
kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan
syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian,
tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk
menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan.
Tari Saman hanya menampilkan gerak tepuk
tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang,
surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris
orang yang menyanyi sambil bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus
menari dengan harmonis. Pada Tari Saman, biasanya temponya semakin lama akan semakin
cepat supaya Tari Saman menarik.
Selain
posisi duduk dan gerak badan, gerak tangan juga sangat dominan dalam Tari Saman
karena gerak tangan berfungsi sebagai gerak sekaligus musik. Ada yang disebut
cerkop, yaitu kedua tangan berhimpit dan searah. Ada juga cilok, yaitu gerak
ujung jari telunjuk seakan mengambil sesuatu benda ringan seperti garam, dan tepuk
yang dilakukan dalam berbagai posisi (horizontal/bolak-balik/seperti
baling-baling). Gerakan kepala seperti mengangguk dalam tempo lambat sampai
cepat (anguk) dan kepala berputar seperti baling-baling (girek) juga merupakan
ragam gerak Saman. Kesenyawaan semua unsur inilah yang menambah keindahan dan
keharmonisan dalam gerak Tari Saman.
F.
Tata
Rias dan Busana
Tata rias dan busana pada Tari Saman
dibagi pada bagian:
1.
Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam persegi
(dua segi disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies).
2.
Pada badan: baju pokok/baju kerawang, (baju dasar warna
hitam,disulam benang putih, hijau dan merah, bagian pinggang disulam dengan
kedawek dan kekait, baju bertangan pendek) celana, dan kain sarung.
3.
Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya
dalam penggunaan warna. Menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu karena
melalui warna menunjukkan identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut
mencerminkan kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan
keharmonisan.
G.
Iringan
Tari Saman tidak diiringi dengan alat
musik, tetapi diiringi oleh bunyi tangan dan badan.
Cara
untuk mendapatkan bunyi-bunyian tersebut adalah:
1. Tepukan kedua belah tangan. Ini
biasanya bertempo sedang sampai cepat
2. Pukulan kedua telapak tangan ke
dada. Biasanya bertempo cepat
3. Tepukan sebelah telapak tangan ke
dada. Umunya bertempo sedang
4. Gesekan ibu jari dengan jari tengah
tangan (kertip). Umunya bertempo sedang.
Nyanyian
para penari menambah kedinamisan dari Tari Saman. Cara menyanyikan lagu-lagu
dalam Tari Saman dibagi dalam 5 macam, yaitu :
1.
Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
2.
Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.
3.
Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan
oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
4.
Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan
suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak
5.
Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari
setelah dinyanyikan oleh penari solo.
H.
Tema
Tari Saman bertemakan sebuah tari yang
berguna untuk media penyebaran agama Islam di daerah Naggroe Aceh Darussalam
(NAD).
I.
Keunikan
Keunikan Tari Saman terletak pada
kekompakan gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari Saman dapat bergerak
serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu
seolah digerakan satu tubuh, terus menari dengan kompak mengikuti dendang lagu
yang harmonis.
Langganan:
Postingan (Atom)