Kamis, 24 Oktober 2013

Karawitan

1.          Karawitan
Karawitan adalah seni suara vokal dan tabuhan yang menggunakan Laras Slendro dan Laras Pelog yang berkolaborasi sehingga dapat dirasakan jiwa. Karawitan berasal dari bahasa jawa rawit berarti rumit, berbelit – belit, tetapi rawit juga berarti halus, indah-indah. Sedangkan kata ngrawit berarti suatu karya seni yang memiliki sifat-sifat yang halus, rumit, dan indah.
Karawitan secara umum yaitu berisi musik gamelan, yang bernada pentatonis (laras slendro&pelog). Yang mengandung nilai-nilai histories dan filsofis bagi bangsa Indonesia.

2.          Sejarah
Seorang sarjana berkebangsaan Belanda bernama Dr. J.L.A. Brandes secara teoritis mengatakan bahwa jauh sebelum datangnya pengaruh budaya India, bangsa Jawa telah rnemiliki ketrampilan budaya atau pengetahuan yang mencakup 10 butir (Brandes, 1889):
(1) wayang,
(2) gamelan,
(3) ilmu irama sanjak,
(4) batik,
(5) pengerjaan logam,
(6) sistem mata uang sendiri,
(7) ilmu teknologi pelayaran,
(8) astronomi,
(9) pertanian sawah,
(10) birokrasi pemerintahan yang teratur

Tahun tepatnya sulit diketahui karena pada masa prasejarah masyarakat belum mengenal sistem tulisan. Tidak ada bukti-bukti tertulis yang dapat dipakai untuk melacak dan merunut gamelan pada masa prasejarah.
Kebudayaan Jawa setelah masa prasejarah memasuki era baru yaitu suatu masa ketika kebudayaan dari luar -dalam hal ini kebudayaan India- mulai berpengaruh. Kebudayaan Jawa mulai memasuki jaman sejarah yang ditandai dengan adanya sistem tulisan dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari perspektif historis selama kurun waktu antara abad VIll sampai abad XV Masehi kebudayaan Jawa, mendapat pengayaan unsur-unsur kebudayaan India. Tampaknya unsur-unsur budaya India juga dapat dilihat pada kesenian seperti gamelan dan seni tari. Transformasi budaya musik ke Jawa melalui jalur agama Hindu-Budha.
Data-data tentang keberadaan gamelan ditemukan di dalam sumber verbal yakni sumber – sumber tertulis yang berupa prasasti dan kitab-kitab kesusastraan yang berasal dari masa Hindu-Budha dan sumber piktorial berupa relief yang dipahatkan pada bangunan candi baik pada candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Tengah (abad ke-7 sampai abad ke-10) dan candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Timur yang lebih muda (abad ke-11 sampai abad ke¬15) (Haryono, 1985). Dalam sumber-sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok ansambel gamelan dikatakan sebagai “tabeh – tabehan” (bahasa Jawa baru ‘tabuh-tabuhan’ atau ‘tetabuhan’ yang berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan dengan dipukul). Zoetmulder menjelaskan kata “gamèl” dengan alat musik perkusi yakni alat musik yang dipukul (1982). Dalam bahasa Jawa ada kata “gèmbèl” yang berarti ‘alat pemukul’. Dalam bahasa Bali ada istilah ‘gambèlan‘ yang kemudian mungkin menjadi istilah ‘gamelan‘. Istilah ‘gamelan‘ telah disebut dalam kaitannya dengan musik. Namur dalam masa Kadiri (sekitar abad ke¬13 Masehi), seorang ahli musik Judith Becker malahan mengatakan bahwa kata ‘gamelan’ berasal dari nama seorang pendeta Burma dan seorang ahli besi bernama Gumlao. Kalau pendapat Becker ini benar adanya, tentunya istilah ‘gamelan’ dijumpai juga di Burma atau di beberapa daerah di Asia Tenggara daratan, namun ternyata tidak.

3.          Gamelan
A.  Macam :1. Kendhang                                  12. Siter/ Kecapi
a)   Kendhang gede
b)   Kendhang Ketipung
c)   Kendhang Ciblon
d)   Kendhang Sabet                                          
2. Saron Barung 1                          13. Demung
3. Saron Barung 2                          14. Gender Barung
4. Saron Penerus                           15. Gender Penerus
5. Bonang Barung                          16. Slenthem
6. Bonang Penerus                        17. Kempyang
7. Gong                                            18. Suwuk
8. Rebab                                          19. kemana
9. Kenong
10. Kempul
11. Kethuk

        B. Gamelan Berdasarkan bentuknya
1) Berbilah : Gender Barung, Gender Penerus, Slenthem, Gambang
2) Balungan: Demung, Saron Barung 1, Saron Barung 2, Saron Penerus
3) Berbilah : Bonang Barung, Bonang Penerus, Gong, Kenong, Kethuk, Kempul, Kempyang, Suwuk

        C. Perlengkapan Gamelan
                   1) Rancak           : Tempat untuk menyusun Balungan
                   2) Grobogan       : Tempat menyusun gamelan Berbilah 
3) Gayor              : Tempat menyusun gamelan Berpencong
                   4) Pluntur            : Tali penyusun / penggantung gamelan
                   5) Cakilan            : Kancing/simpul tali pada gamelan
                   6) Sanggan         : Tempat penyususn khusus gendang
                   7) Plangkan        : Tempat menyususun gendang, rebab, dll

4.          Nada
A. Laras
a.   Laras Slendro
Ji       Ro     Lu     Mo    Nem Ji’
1       2       3       4       6       İ
b. Laras Pelog
Ji       Ro     Lu     Pat    Mo    Nem Pi
1       2       3       4       5       6       7
          B. Irama
                   a. Irama Lancar            (1/1)
                   b. Irama Tangklung     (1/2)
                   c. Irama Dadi                (1/4)
                   d. Irama Wilet               (1/8)
                   e. Irama Rangkep        (1/16)



*Sumber: Berbagai sumber di Internet dan Buku Catatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar