1.
Karawitan
Karawitan
adalah seni suara vokal dan tabuhan yang menggunakan Laras Slendro dan Laras
Pelog yang berkolaborasi sehingga dapat dirasakan jiwa. Karawitan berasal dari bahasa jawa rawit berarti rumit,
berbelit – belit, tetapi rawit juga berarti halus, indah-indah. Sedangkan kata
ngrawit berarti suatu karya seni yang memiliki sifat-sifat yang halus, rumit,
dan indah.
Karawitan secara umum yaitu berisi musik gamelan,
yang bernada pentatonis (laras
slendro&pelog). Yang mengandung
nilai-nilai histories dan filsofis bagi bangsa Indonesia.
2.
Sejarah
Seorang sarjana
berkebangsaan Belanda bernama Dr. J.L.A. Brandes secara teoritis mengatakan
bahwa jauh sebelum datangnya pengaruh budaya India, bangsa Jawa telah rnemiliki
ketrampilan budaya atau pengetahuan yang mencakup 10 butir (Brandes, 1889):
(1) wayang,
(2) gamelan,
(3) ilmu irama sanjak,
(4) batik,
(5) pengerjaan logam,
(6) sistem mata uang
sendiri,
(7) ilmu teknologi
pelayaran,
(8) astronomi,
(9) pertanian sawah,
(10) birokrasi
pemerintahan yang teratur
Tahun tepatnya
sulit diketahui karena pada masa prasejarah masyarakat belum mengenal sistem
tulisan. Tidak ada bukti-bukti tertulis yang dapat dipakai untuk melacak dan
merunut gamelan pada masa prasejarah.
Kebudayaan Jawa
setelah masa prasejarah memasuki era baru yaitu suatu masa ketika kebudayaan
dari luar -dalam hal ini kebudayaan India- mulai berpengaruh. Kebudayaan Jawa
mulai memasuki jaman sejarah yang ditandai dengan adanya sistem tulisan dalam
kehidupan masyarakat. Dilihat dari perspektif historis selama kurun waktu
antara abad VIll sampai abad XV Masehi kebudayaan Jawa, mendapat pengayaan
unsur-unsur kebudayaan India. Tampaknya unsur-unsur budaya India juga dapat
dilihat pada kesenian seperti gamelan dan seni tari. Transformasi budaya musik
ke Jawa melalui jalur agama Hindu-Budha.
Data-data tentang
keberadaan gamelan ditemukan di dalam sumber verbal yakni sumber – sumber
tertulis yang berupa prasasti dan kitab-kitab kesusastraan yang berasal dari
masa Hindu-Budha dan sumber piktorial berupa relief yang dipahatkan pada
bangunan candi baik pada candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Tengah
(abad ke-7 sampai abad ke-10) dan candi-candi yang berasal dari masa klasik
Jawa Timur yang lebih muda (abad ke-11 sampai abad ke¬15) (Haryono, 1985).
Dalam sumber-sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok ansambel gamelan
dikatakan sebagai “tabeh – tabehan” (bahasa Jawa baru ‘tabuh-tabuhan’ atau
‘tetabuhan’ yang berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan dengan
dipukul). Zoetmulder menjelaskan kata “gamèl” dengan alat musik perkusi yakni
alat musik yang dipukul (1982). Dalam bahasa Jawa ada kata “gèmbèl” yang
berarti ‘alat pemukul’. Dalam bahasa Bali ada istilah ‘gambèlan‘ yang kemudian
mungkin menjadi istilah ‘gamelan‘. Istilah ‘gamelan‘ telah disebut dalam
kaitannya dengan musik. Namur dalam masa Kadiri (sekitar abad ke¬13 Masehi),
seorang ahli musik Judith Becker malahan mengatakan bahwa kata ‘gamelan’
berasal dari nama seorang pendeta Burma dan seorang ahli besi bernama Gumlao.
Kalau pendapat Becker ini benar adanya, tentunya istilah ‘gamelan’ dijumpai
juga di Burma atau di beberapa daerah di Asia Tenggara daratan, namun ternyata
tidak.
3.
Gamelan
A. Macam :1.
Kendhang 12.
Siter/ Kecapi
a) Kendhang gede
b) Kendhang Ketipung
c) Kendhang Ciblon
d) Kendhang Sabet
2. Saron Barung 1 13.
Demung
3. Saron Barung 2 14.
Gender Barung
4. Saron Penerus 15.
Gender Penerus
5. Bonang Barung 16.
Slenthem
6. Bonang Penerus 17.
Kempyang
7. Gong 18.
Suwuk

9. Kenong
10. Kempul
11. Kethuk
B.
Gamelan Berdasarkan bentuknya
1) Berbilah :
Gender Barung, Gender Penerus, Slenthem, Gambang
2) Balungan: Demung, Saron Barung 1, Saron Barung 2,
Saron Penerus
3) Berbilah :
Bonang Barung, Bonang Penerus, Gong, Kenong, Kethuk, Kempul, Kempyang, Suwuk
C.
Perlengkapan Gamelan
1)
Rancak : Tempat untuk menyusun
Balungan
2)
Grobogan : Tempat menyusun gamelan
Berbilah
3) Gayor :
Tempat menyusun gamelan Berpencong
4)
Pluntur : Tali penyusun /
penggantung gamelan
5)
Cakilan : Kancing/simpul tali
pada gamelan
6)
Sanggan : Tempat penyususn khusus
gendang
7)
Plangkan : Tempat menyususun
gendang, rebab, dll
4.
Nada
A. Laras
a. Laras Slendro
Ji Ro Lu Mo Nem Ji’
1 2 3 4 6 İ
b. Laras
Pelog
Ji Ro Lu Pat Mo Nem Pi
1 2 3 4 5 6 7

a.
Irama Lancar (1/1)
b.
Irama Tangklung (1/2)
c.
Irama Dadi (1/4)
d.
Irama Wilet (1/8)
e.
Irama Rangkep (1/16)
*Sumber: Berbagai sumber di
Internet dan Buku Catatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar