Tari Piring Minangkabau ( Sumatera Barat
)
A.
Sejarah Perkembangan Tari Piring
Pada awalnya, Tari Piring ini merupakan ritual
ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan
hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam
bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah
dengan gerakan yang dinamis.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
B.
Penyajian Tari Piring
Bentuk penyajian tari
piring ini dilakukan secara pasangan dengan ragam gerakan yang sifatnya cepat dan dinamis serta diselingi
bunyi piring berdentik yang dibawa oleh para penari. Biasanya tarian ini
berdurasi tujuh menit dan diiringi dengan musik tradisional dan dibawakan
dengan apik, tarian ini banyak menggambarkan kegembiraan, kebersamaan, kesejahteraan,dan
kemakmuran rakyat Minangkabau.
C.
Ragam Gerak Tari Piring
Ragam
gerak
tari Piring ini dilakukan di atas pecahan kaca. Gerakan-gerakan tersebut adalah
sebagai berikut.
a.
Gerak pasambahan
Gerak
yang dibawakan oleh
penari pria bermakna sembah syukur kepada Allah
Swt. serta permintaan maaf kepada penonton yang menyaksikan tari ini agar terhindar dari kejadian-kejadian yang dapat merusak jalannya pertunjukan.
Swt. serta permintaan maaf kepada penonton yang menyaksikan tari ini agar terhindar dari kejadian-kejadian yang dapat merusak jalannya pertunjukan.
b.
Gerak singanjuo lalai
Gerak
ini dilakukan oleh penari wanita yang melambangkan suasana di hari
pagi, dilakukan dengan gerakan-gerakan lembut.
pagi, dilakukan dengan gerakan-gerakan lembut.
c.
Gerak mencangkul
Gerak
ini melambangkan para petani ketika sedang mengolah sawah.
d.
Gerak menyiang
Gerak
ini menggambarkan kegiatan para petani saat membersihkan sampah sampah yang
akan mengganggu tanah yang akan digarap.
e.
Gerak membuang sampah
Gerak
ini menggambarkan tentang bagaimana para petani mengangkat sisa-sisa sampah
untuk dipindahkan ke tempat lain.
f.
Gerak menyemai
Gerak
ini melambangkan bagaimana para petani menyemai benih padi yang
akan ditanam.
akan ditanam.
g.
Gerak memagar
Gerak
ini menggambarkan para petani dalam memberi pagar pada pematang sawah agar
tehindar dari binatang liar.
h.
Gerak mencabut benih
Gerak
ini menggambarkan bagaimana mencabut benih yang sudah ditanam.
i.
Gerak bertanam
Gerak
ini menggambarkan bagaimana para petani memindahkan benih yang telah dicabut.
j.
Gerak melepas lelah
Gerak
ini menggambarkan bagaimana para petani beristirahat melepas lelah
sesudah melaksanakan pekerjaan mengolah sawah.
sesudah melaksanakan pekerjaan mengolah sawah.
k.
Gerak mengantar
juadah
Mengantar
juadah ini berarti mengantar makanan kepada para petani yang
telah mengolah sawah.
telah mengolah sawah.
l.
Gerak menyabit padi
Gerak
ini dibawakan oleh penari pria yang menggambarkan bagaimana para petani di
sawah pada saat menyabit padi.
m.
Gerak mengambil padi
Gerak
ini dibawakan oleh penari wanita saat mengambil padi yang telah dipotong oleh
penari pria.
n.
Gerak manggampo padi
Gerakan
yang dilakukan dalam hal mengumpul padi dan dibawa ke suatu tempat.
o.
Gerak menganginkan
padi
Gerak
ini menggambarkan padi yang telah dikumpulkan untuk dianginkan dan nantinya
akan terpisah antara padi dan ampas padi.
p.
Gerak mengirik padi
Gerak
yang menggambarkan bagaimana para petani mengumpulkan padi dan menjemurnya.
q.
Gerak membawa padi
Gerak
yang dilakukan para petani saat membawa padi untuk dibawa ke tempat lain.
r.
Gerak menumbuk padi
Gerak
yang dilakukan untuk menumbuk padi yang telah dijemur dilakukan oleh pria,
sedangkan wanita mencurahkan padi.
s.
Gotong royong
Gerak
yang dilakukan secara bersama yang melambangkan sifat kegotongroyongan.
t.
Gerak menampih padi
Gerakan
yang menggambarkan gerakan bagaimana para petani menampih padi yang telah
menjadi beras.
u.
Gerak menginjak
pecahan kaca
Penggabungan
dari berbagai gerak dan diakhiri oleh penari menginjak-injak pecahan kaca yang
dilakukan dengan atraktif dan ditambah dengan beberapa gerak-gerak improvisasi
penari.
D.
Iringan
Alat musik yang
digunakan untuk mengiringi Tari Piring, memadai dengan pukulan Rebana dan Gong
sahaja. Pukulan Gong amat penting sekali kerana ia akan menjadi panduan kepada
penari untuk menentukan langkah dan gerak Tari Piringnya. Pada kebiasaannya,
kumpulan Rebana yang mengiringi dan mengarak pasangan pengantin diberi
tanggungjawab untuk mengiringi persembahan Tari Piring. Namun, dalam keadaan
tertentu Tari Piring boleh juga diiringi oleh alat musik lain seperti Talempong
dan Gendang.
Tari Piring diiringi
oleh musik Penayuhan. Contoh lagu pengiringnya yaitu Takhian sai tiusung, Takhi
pikhing khua belas, Seni budaya lappung, Dang sappai haga tekas (jangan sampai
ditinggalkan)
Saluang adalah alat musik
tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat.
Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang
(Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang
paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau
talang yang ditemukan hanyut di sungai. Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi
lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat
lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun
kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lamang (lemang), salah
satu makanan tradisional Minangkabau.
Pemain saluang
legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain
saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik napas
bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal
dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan
yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahan angok
(menyisihkan napas).
Tiap nagari di
Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari
memilhki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang,
Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Ciri khas Singgalang
dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini
dimainkan pada awal lagu. Sedangkan, ciri khas yang paling sedih bunyinya
adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
Dahulu, kabarnya
pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk menghipnotis
penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu
kira-kira : Aku malapehan pituang Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun,
aia mailia tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga bunyi
saluang ambo, kununlah anak sidang manusia...... dan seterusnya
![]() |
Talempong adalah sebuah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan.
Talempong berbentuk lingkaran
dengan dialeter
15 sampai 17,5 sentimeter, pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian
atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai
tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda.
Bunyinya dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
![]() |
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga nada do dan diakhiri dengan si. Talempong diiringi oleh akord yang cara memainkanya serupa dengan memainkan piano.
Rabab adalah alat musik
gesek tradisional khas Minangkabau yang terbuat dari tempurung kelapa. Dengan
rabab ini dapat tersalurkan bakat musik seseorang. Biasanya dalam rabab ini dikisahkan berbagai
cerita nagari
atau dikenal dengan istilah Kaba.
Kesenian Rabab
sebagai salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan
berkembang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau,
tersebar dibeberapa daerah dengan wilayah dan komunitas masyarakat yang
memiliki jenis dan spesifikasi tertentu.
Rabab Darek, Rabab
Piaman dan Rabab Pasisie merupakan salah satu kesenian tradisional yang cukup berkembang
dengan wilayah dan di dukung oleh masyarakat setempat. Rabab Darek tumbuh dan
berkembang di daerah darek Minangkabau meliputi Luhak nan Tigo sedangkan
Rabab Piaman berkembang di daerah pesisir barat Minangkabau, yang meliputi
daerah tepian pantai
(pesisir).
Pesisir
Selatan sebagai wilayah kebudayaan Minangkabau yang menurut
geohistorisnya di klasifikasikan kepada daerah Rantau Pasisia yang cakupan
wilayah tersebut sangat luas dan didaerah inilah berkembangnya kesenian Rabab
Pasisia. Rabab Pasisia ditinjau dari aspek fisik pertunjukanya memiliki spesifikasi
tersendiri dan ciri khas yang bebeda dengan rabab lainya. Terutama dari segi
bentuk alat mirip, dengan biola secara historis berasal dari pengaruh budaya portugis
yang datang ke Indonesia pada abad ke XVI melalui pantai barat Sumatra.
![]() |
Dalam rabab memiliki komposisi tersendiri tergantung kepada lagu yang diinginkan dengan memainkan lagu yang bersifat kaba sebagai materi pokok. Lagu yang lahir tesebut merupajan ide gagasan yang berasal dari komunitas masyarakat yang berbeda namun ada dalam daerah yang sama.
E.
Tema Tari Piring
Tari piring
bertemakan pantomim tentang kegiatan manusia yaitu tani dan panen, karena Tari
Piring merupakan wujud rasa syukur orang – orang Minangkabau kepada Tuhan Yang
Maha Esa, atas melimpahnya hasil panen.
F.
Rias dan Busana Tari Piring
Busana Penari :
Busana yang digunakan
oleh penari tari piring terbagi atas busana untuk penari pria dan penari
wanita.
Busana Penari pria :
- Busana rang mudo/baju gunting China yang berlengan lebar dan dihiasai dengan missia (renda emas).
- Saran galembong, celana berukuran besar yang pada bagian tengahnya (pisak) warnanya sama dengan baju.
- Sisamping dan cawek pinggang, yaitu berupa kain songket yang dililitkan di pinggang dengan panjang sebatas lutut. Adapun cawek pinggang adalah ikat pinggang yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan sesamping yang pada ujungnya diberi hiasan berupa rumbai-rumbai.
- Deta/destar, yaitu penutup kepala yang tebuat dari bahan kain songket berbentuk segitiga yang diikatkan di kepala.
Busana penari wanita :
- Baju kurung yang terbuat dari satin dan beludru.
- Kain songket.
- Selendang songket yang dipasang pada bagian kiri badan.
- Tikuluak tanduak balapak, yaitu penutup kepala khas wanita Minangkabau dari bahan songket yang meyerupai tanduk kerbau.
- Aksesoris berupa kalung rambai dan kalung gadang serta subang/anting.
G.
Keunikan Tari Piring
Tentunya Tari piring
mempunyai keunikan sendiri yang membedakannya dari tarian lainnya. Keunikan
dari tari piring itu sendiri, ialah:
- Kesamaan gerakannya,
- keahliannya memutar piring
- Tari Piring Sumatera Barat biasanya dibawakan dalam 7 menit atau angka-angka ganjil lainnya
- Jumlah penari biasanya juga berjumlah ganjil terdiri dari tiga sampai tujuh orang.
- Pakaian yang digunakan penari haruslah pakaian yang cerah, dengan nuansa warna merah dan kuning khas Minangkabau.
makasiii dah bantuu :)
BalasHapusterima kasih atas bantuannya :D
BalasHapus